MAKALAH
ANALISIS STUDI BIDANG DISIPLIN ILMU DALAM
AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas PKKMB Universitas Singaperbangsa Karawang Fakultas Ekonomi & Bisnis
Prodi Akuntansi tahun 2019
Disusun Oleh:
Rara Citranuari Diti (1910631030128)
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
Fakultas Ekonomi Bisnis Prodi Akuntansi
UNIVERSITAS
SINGAPERBANGSA KARAWANG
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih
lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan, saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah yang saya buat
ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Karawang, 22 Agustus
2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Rumusan Masalah 1
1.3
Tujuan 1
1.4
Manfaat 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Metode Penelitian Akuntansi Keperilakuan
2.2 Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban
2.3 Pentingnya mempertimbangkan perilaku pada akuntansi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mulai
dari zaman prasejarah telah menunjukan bahwa manusia di zaman itu telah
mengenal hitung-menghitung meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Dengan
semakin majunya peradaban manusia menyebabkan pentingnya pencatatan,
pengikhtisaran dan pelaporan sebagai bagian dari proses transaksi. Sehingga
akuntansi sebagai hasil dari proses transaksi telah mengalami metamorfosis yang
panjang untuk menjadi bentuk yang modern seperti saat ini.
Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan
informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam pengambilan
keputusan. Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam
menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks. Begitu pula dengan kemajuan
dalam teknologi computer akuntasi yang memungkinkan informasi dapat tersedia
dengan cepat. Tetapi seberapa canggihpun prosedur akuntansi yang ada, informasi
yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan tujuan akhir. Tujuan
informasi tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih tindakan yang
paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis
dan ekonomi. Namun pemilihan dan penetapan keputusan tersebut melibatkan
berbagai aspek termasuk perilaku dari para pengambil keputusan. Dengan demikian
akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan
organisasi akan informasi akuntansi.
Akuntan
keperilakuan juga menyadari bahwa mereka dapat mamaprkan desain sistem
informasi untuk mempengaruhi motivasi karyawan, ssemangat, dan produktivitas.
Definisi paling akhir dari akuntansi di akademik dan professional mencakup atau
mengimplikasikan pengukuran dan pengkomunikasian data ekonomi untuk pengambilan
keputusan yang beragam dan tujuan-tujuan lainnya.
Pengenalan ilmu keperilakuan terhadap akuntansi
sangat penting bagi pengembangan profesi, dimana hal itu dapat membuka
pengetahuan baru yang akuntansi professional harus dapat lebih familiar.
Kesadaran akan hubungan antara perilaku manusia dan akuntansi telah
menghasilkan akuntan dengan alat lain untuk menyelesaikan problem
organisasional.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian diatas
diambil suatu rumusan masalah pokok sebagai berikut :
1.
Metode Keperilakuan Akuntansi
2.
Aspek
Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban
3.
Pentingnya
mempertimbangkan perilaku pada akuntansi
1.3
Tujuan
1.
Mangetahui bagaimana metode yang ada dalam keperilakuan Akuntansi.
2.
Memahami apa itu Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban.
1.4
Manfaat
1.
Kita dapat mengaplikasikan Akuntansi Keperilakuan pada diri kita
2.
Sebagai akuntan dapat melakukan pekerjaan dengan hati yang tidak
terpaksa.
PEMBAHASAN
2.1 Metode Penelitian
Akuntansi Keperilakuan
Masalah-masalah etika yang dihadapi riset keperilakuan di antaranya
adalah sebagai berikut. Melakukan riset bukanlah hal
yang mudah. Butuh tahapan-tahapan panjang hingga akhirnya terwujudlah suatu
hasil riset yang baik. Dan dalam penyusunannya pun juga tidak sembarangan. Ada
beberapa hal yang wajib untuk diperhatikan. Untuk itulah mengapa sebelum
melakukan riset, terlebih dahulu dimengerti tentang apa itu etika riset. Ini karena
dalam melakukan sebuah riset, banyak pihak yang terlibat dan etika riset
digunakan sebagai pedoman peneliti dalam bertindak terutama dengan orang lain
yang notabene adalah subjek penelitian. Selain itu, karena riset merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari sebuah siklus keilmuan dimana hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia ilmu itu sendiri, tentunya dalam
perkembangan keilmuan tersebut, terdapat sebuah etika yang melandasi seorang
peneliti dalam melakukan riset. Hal ini telah memberikan sebuah penilaian
mengenai pentingnya etika dalam riset yang dapat dijadikan sebuah patokan
sehingga penelitian tersebut benar-benar berada dalam koridor siklus keilmuan.
Ketika mendengar kata ‘etika’, yang
terlintas dalam pikiran adalah suatu hal yang berhubungan dengan sopan santun
atau adat istiadat. Secara sederhana, Nicholas Walliman menyatakan bahwa etika
adalah aturan yang diperlukan dalam melakukan riset dan para peneliti
diharuskan untuk mengetahui sekaligus mengerti terlebih dulu tentang etika ini
sebelum melakukan penelitian. Sementara itu, David
B. Resnik berpendapat bahwa etika merupakan metode, prosedur, atau perspektif
dalam memutuskan bagaimana melakukan dan menganalisis isu atau problema yang
kompleks dalam realitas sosial. Dalam hal ini,
perlu digarisbawahi bahwa apa yang dimaksud etika dalam penelitian bukan
berbicara pada ranah benar-salah (right and
wrong) tapi lebih pada etis-tidaknya tindakan yang dilakukan peneliti dalam
setiap proses penelitiannya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan
penelitian terdapat beberapa tata nilai yang harus dipegang dan dilaksanakan
oleh peneliti, karena dalam penelitian pun terdapat etika penelitian (etika
research).
Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk menunjukkan kadar
taat asas dalam setiap aspek penelitian yang dilakukan. Menurut Resnik,
setidaknya terdapat lima alasan mengenai pentingnya etika penelitian, pertama,
etika penting guna menunjang tujuan penelitian itu sendiri, yaitu demi mencapai
pengetahuan dan kesahihan. Hal ini akan meminimalisir fabrikasi, falsifikasi,
dan misrepresentasi data. Kedua, untuk menjamin adanya kegiatan kolaboratif
dalam penelitian baik antar maupun sesama peneliti dalam satu disiplin atau
lembaga tertentu. Ini memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap hasil karya
orang lain. Ketiga, menjamin akuntabilitas terhadap publik, hal ini terutama
penelitian yang dananya bersumber dari pendanaan public, seperti penelitian
yang dilakukan oleh instansi pemerintahan. Dengan demikian, etika yang ada
dapat memberikan guidance bagi peneliti untuk benar-benar
akuntabel dalam penelitiannya. Keempat, dengan adanya etika maka kualitas dan
integritas peneliti sudah terkualifikasi sehingga akan sangat mudah dalam
memperoleh dukungan public, karena public yakin akan kualitas dan integritas
peneliti tersebut. Dan terakhir, etika dapat membangun dan memajukan tata nilai
moral dan sosial yang ada, seperti tanggung jawab social, taat hukum, dan hak
asasi manusia. Dengan demikian maka nilai tersebut
akan tertanam di dalam diri peneliti dalam setiap proses penelitian yang ia
lakukan. Dinamika yang diharapkan adalah lahirnya tanggung jawab moral akademik
maupun non-akademik dari dalam diri peneliti untuk bisa mempertanggungjawabkan
apa yang ia tulis.
Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah
kemerosotan standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini
seharusnya menjadi pelajaran bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri,
memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya dengan benar, serta menjalin hubungan
yang lebih baik dengan para klien atau masyarakat luas. Misal:
skandal Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta skndal Worldcom, Merck,
dan Xerox, profesi akuntan di dunia menjadi gempar. Cara yang lebih baik dan
ideal dalan mengatasi dilema ini adalah dengan mempertimbangkan kecukupan dari
kesempatan yang ada selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa yng menjadi
kekawatiran di dalamnya.
Desain riset adalah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi
yang akan digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis data.
Desain riset berhubungan dengan temuan masalah sebagai berikut. Desain
penelitian/riset (research design) merupakan suatu cetak biru (blue print)
dalam hal bagaimana data dikumpulkan, diukur, dan dianalisis. Melalui desain
inilah peneliti dapat mengkaji alokasi sumber daya yang dibutuhkan. Desain
penelitian yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu
untuk mengetahui, mendeskripsikan, atau mengukur, maka desain penelitian masing-masing
adalah desain eksploratif, deskriptif, atau kausal.
Salah satu peranan penting dari riset akuntansi keperilakuan adalah
membantu merumuskan masalah yang harus diatasi. Riset hanya dapat dirancang
secara sistematis untuk memberikan informasi berharga jika masalah yang
dihadapi telah dirumuskan secara jelas dan akurat. Proses perumusan masalah
meliputi pula spesifikasi tujuan riset yang dilakukan.
Pada tahapan penentuan desain riset ini dibuat kerangka untuk
melaksanakan penelitian. Di dalamnya memuat secara rinci prosedur untuk
pengumpulan data, cara pengujian hipotesis, kemungkinan jawab terhadap research
questions samapi dengan model analisis yang dipergunakan.
Sumber data riset merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan
dalam penentuan metode pengumpulan data.
Data sekunder adalah sumber data riset yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melaui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti,
catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan
dan yang tidak dipublikasikan. Manfaat dari data sekunder adalah lebih
meminimalkan biaya dan waktu, mengklasifikasikan permasalahan-permasalahan,
menciptakan tolok ukur untuk mengevaluasi data primer, dan memenuhi
kesenjangan-kesenjangan informasi. Jika informasi telah ada, pengeluaran uang
dan pengorbanan waktu dapat dihindari dengan menggunakan data sekunder. Manfaat
lain dari data sekunder adalah bahwa seorang peneliti mampu memperoleh
informasi lain selain informasi utama.
Data primer adalah sumber data riset yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab pertanyaan riset. Data primer dapat berupa pendapat
subjek riset (orang) baik secara individu maupun kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau kegiatan, dan hasil pengujian.
Manfaat utama dari data primer adalah bahwa unsur-unsur kebohongan tertutup
terhadap sumber fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih mencerminkan kebenaran
yang dilihat. Bagaimanapun, untuk memperoleh data primer akan menghabiskan dana
yang relatif lebih banyak dan menyita waktu yang relatif lama. Misalnya,
pengumpulan data melalui cara mengamati perilaku, melakukan survei, atau
eksperimen laboratorium.
Dalam menjamin validitas data primer dan sekunder, hanya
informasi-informasi esensial yang seharusnya diharapkan dari responden. Para
peneliti seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu
format pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan
terhadap responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka (open
ended) atau sudah ditentukan kemungkinan-kemungkinan jawabannya (close
ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta untuk suatu
jawaban yang bebas. Pertanyaan close-ended menawarkan
bermacam-macam pilihan jawaban kepada responden. Responden diminta untuk
memilih satu atau lebih pilihan jawaban. Manfaat dari format pertanyaan ini
termasuk memudahkan jawaban dari para responden dan memudahkan tabulasi dan penjelasan
dari peneliti.
Alat ukur riset valid dan andal akan dijelaskan sebagai berikut. Tinggi
fisik seseorang dapat diukur dengan menggunakan inci atau meter. Hanya ada
sedikit keraguan mengenai apakah alat ukur yang digunakan sudah memadai ketika
kita mengacu pada tinggi dan berat badan seseorang. Namun, ketika kita tertarik
untuk mengukur sifat dan perilaku seseorang, alat ukur apa yang akan kita
gunakan? Tidak ada ukuran ataupun skala untuk mengukur sikap kerja atau untuk
mengidentifikasikan suatu organisasi atau keberhasilan secara tepat. Oleh
karena itu, seorang peneliti harus mengembangkan instrumen risetnya untuk
mengukur fenomena-fenomena perilaku tersebut.
Terdapat dua hal penting yang berhubungan dengan perencanaan riset
perilaku, yang pertama adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang sah
(validitas) dan yang kedua adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang
tidak representatif (andal). Dua hal tersebut dinilai dengan validitas dan
keandalan.
Validitas mengacu pada lingkup apa yang diukur pada kenyataannya.
Peneliti ingin melakukan pengukuran dan apa yang diukur seharusnya berkaitan
dengan masalah risetnya. Keandalan berkaitan dengan apakah suatu teknik khusus
jika digunakan di lapangan dan waktu yang berbeda akan menghasilkan sesuatu
yang sama. Dalam hal itu, peneliti mengacu
pada konsistensi dari suatu alat ukur. Peneliti tergantung pada ukuran
keandalan tetapi tidak tergantung pada alat ukur yang tidak andal.
Reliabilitas mengacu pada suatu instrumen alat ukur yang andal akan menghasilkan
alat ukur yang stabil di setiap waktu. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi
dari instrumen pengukuran.
Hanya informasi-informasi esensial yang seharusnya diharapkan dari
responden. Para peneliti seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi
dan memilih suatu format pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan
sedikit pembatasan terhadap responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat
terbuka (open ended) atau sudah ditentukan
kemungkinan-kemungkinan jawabannya (close ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta
untuk suatu jawaban yang bebas. Pertanyaan close-ended menawarkan
bermacam-macam pilihan jawaban kepada responden. Responden diminta untuk
memilih satu atau lebih pilihan jawaban. Manfaat dari format pertanyaan ini
termasuk memudahkan jawaban dari para responden dan memudahkan tabulasi dan
penjelasan dari peneliti.
2.2 Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban
Organisasi merupakan suatu kegiatan usaha, baik itu
organisasi yang menyediakan jasa maupun organisasi yang melakukan produksi,
yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terlibat dalam organisasi tersebut.
Dalam proses menjalankan organisasi, tidak bisa dinafikkan kalau orang - orang
yang terlibat di dalamnya memiliki warna yang berbeda dan kepentingan yang
berbeda pula.
Namun dari semua perbedaan tersebut hal yang
terpenting adalah bagaimana agar semua itu sesuai dengan visi dan misi
organisasi oleh karena itu dibutuhkan sistem pengendalaian yang baik dan
dilakukan secara konsisten dan sistematis dengan tujuan untuk memperkecil
bentuk-bentuk kepentingan tersebut demi tercapainya tujuan dan
kepentingan organisasi yang apabila dibawa dalam ekonomi ada yang dikatakan
akuntansi keperilakuan yang lebih terfokus pada laporan kinerja atau
laporan prilaku karyawan, sebagai pengawas perusahaan atau organisasi.
Dalam akuntansi keperilakuan yang berbicara
tentang perilaku selalu berbarengan dengan akuntansi pertanggung jawawban
dimana merupakan penjelas akuntansi perencanaan, pengukur,
pengevaluasi kinerja organisasi, pemegang kendali bagi orang-orang yang
bertanggung jawab menjalankan operasi dan jawaban bagi setiap masalah umum
pada akuntansi managemen, serta merupakan komponen penting dari sistem
pengendalian sebab pada laporan pertanggung jawababn mencakup semua aspek
perilaku yang akan dikendalikan oleh perusahaan.
Akuntansi pertanggung jawaban memberikan suatu kerangkah kerja yang
berarti untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan pelaporan hasil kinerja
operasi di sepanjang jalur pertanggung jawaban dan pengendalian, yang ditujukan
untuk manusia , peran mereka serta tugas yang dibebankan kepada mereka yang
merupakan penilaian terhadap kerja perusahaan dan bukan sebagai mekanisme
imporsonal untuk akumulasi dan pelaporan data secara menyeluruh.
Akuntansi pertanggung jawaban berbeda dengan akuntansi konvensional,
dalam hal cara operasi direncanakan dan cara data akuntansi diklasifikasikan
dan diakumulasikan. Dalam akuntansi konvensional, data diklasifikasikan
berdasarkan hakikat dan fungsinya dan tdak digambarkan sebagai
individu-individu yang bertanggung jawab atas terjadinya dan pengendalian
terhadap data tersebut.
Sedangkan pada akuntansi pertanggung jawaban tidaklah melibatkan
deviasi apapun dari prinsip akuntansi yang diterima secara umum,
akuntansi pertanggung jawaban meningkatkan relefansi dan informasi akuntansi
dengan menetapkan suatu kerangka untuk perencanaan, akumulasi data, dan
pelaporan yang sesuai dengan struktur organisasi dan hirarki pertanggungjawaban
dari suatu perusahaan.
Akuntansi pertanggung jawaban melaporkan baik siapa yang menjalankan uang
tersebut maupun apa yang dibeli oleh uang tersebut. Olehnya itu sangat pantas
bila pada akuntansi pertanggung jawaban dilibatkan dimensi manusia pada
perencanaan, akumulasi data dan pelaporan. Akuntansi pertanggung jawaban
memperkecil penyelewengan dana karena biaya dianggarkan dan
diklasifikasikan sepanjang garis tanggungjawaban, sehingga dengan begitu
laporan yang diterima oleh pihak manager segman sangat sesuai untuk
mengevaluasi kinerja dan alokasi penghargaan.
2.3 Pentingnya mempertimbangkan perilaku pada akuntansi
Akuntasi
bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan lingkungan akuntansi serta kebutuhan organisasi akan informasi
yang dibutuhkan oleh penggunanya ( Khomisah dalam Arfan & Ishak, 2005 ).
Berdasarkan pemikiran tersebut, manusia dan factor sosial secara jelas didesain
dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh system akuntansi. Dan para
akuntan secara berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai bagaimana mereka
membuat orang termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan
informasi akuntansi, dan bagaimana system akuntansi merska sesuai dengan
kenyataan manusia dan mempengaruhi organisasi. Penjelasan diatas menunjukan
adanya aspek keprilakuan pada akuntansi, baik dari pihak pelaksana (penyusun
informasi) maupun dari pihak pemakai infomasi akuntansi.
Pihak
pelaksana (penyusun informasi akuntansi) adalah seseorang atau kumpulan orang
yang mengoperasikan system informasi aduntansi dari awal sampai terwujudnya
laporan keuangan. Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana memainkan peranan
penting dalam menopang kegiatan organisasi. Dikatakan penting sebab hasil
kerjanya dapat memberikan manfaat bagi kemajuan organisasi dalam bentuk
peningkatan kinerja melalui motivasi kerja dalam wujud penetapan
standard-standar kerja. Standar-standar kerja tersebut dapat dihasilkan dari
system akuntansi. Dpat diperkirakan apa yang akan terjadi ketika pelaksana
system informasi akuntansi tidak memahami dan memiliki kerja yang diharapkan.
Bukan saja laporan yang dihasilkan tidak handal dalam pengambilan keputusa,
tetapi juga sangat berpotensi untuk menjadi bias dalam memberikan evaluasi
kinerja unit maupun individu dalam organisasi. Untuk iti motivasi dan perilaku
dari pelaksana menjadi aspek penting dari suatu system informasi akuntansi.
Sehubungan
dengan hal tersebut, beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan
menganggap penting untuk memasukkan aspek keprilakuan dalam akuntansi. Sejak
meningkatnya orang yang sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek
perilaku dari akuntansi, terdapat suatu kecenderungan untuk memandang secara
lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih substansial. Perspektif
perilaku menurut pandangan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga membuat
system akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bias diterima oleh para
manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai
pada puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari
beberapa nilai yang ada. Tetapi pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti
mengubah dari tugas akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan
perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman
atas perilaku manusia pada organisasi.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Akuntansi mulai menyentuh aspek
keperilakuan yaitu pada individu manusia itu sendiri menjadi tren positif di
kalangan praktisi dan akademik di bidang akuntansi. Dengan hanya melihat,
mendengar, mengetahui informasi, bahkan memberi pendapat terhadap laporan
keuangan ternyata tidak dapat dipungkiri, juga dipengaruhi oleh faktor
sosilologis dan psikologis manusia. Bisa saja kondisi seorang individu sebelum
menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan berubah. Karena menurut penulis
sendiri faktor psikologis merupakan salah satu faktor internal dan mempunyai
andil penting ketika opini atau pendapat dikeluarkan terkait dengan laporan
keuangan.
Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan
informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan
keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam
memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka
pada aktifitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan suatu
keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari para pengambil
keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek
perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dapat
dihasilkan oleh akuntansi. Akhirnya, akuntansi bukanlah suatu yang statis,
tetapi akan selalu berkembang sepanjang waktu seiring dengan perkembangan
linkungan akuntansi, agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.
3.2
Saran
Masalah-masalah etika yang dihadapi riset
keperilakuan di antaranya adalah sebagai berikut. Melakukan riset bukanlah hal yang mudah. Butuh
tahapan-tahapan panjang hingga akhirnya terwujudlah suatu hasil riset yang
baik. Dan dalam penyusunannya pun juga tidak sembarangan. Ada beberapa hal yang
wajib untuk diperhatikan. Untuk itulah mengapa sebelum melakukan riset,
terlebih dahulu dimengerti tentang apa itu etika riset. Ini karena dalam
melakukan sebuah riset, banyak pihak yang terlibat dan etika riset digunakan
sebagai pedoman peneliti dalam bertindak terutama dengan orang lain yang
notabene adalah subjek penelitian. Selain itu, karena riset merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari sebuah siklus keilmuan dimana hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dunia ilmu itu sendiri, tentunya dalam
perkembangan keilmuan tersebut, terdapat sebuah etika yang melandasi seorang
peneliti dalam melakukan riset. Hal ini telah memberikan sebuah penilaian
mengenai pentingnya etika dalam riset yang dapat dijadikan sebuah patokan
sehingga penelitian tersebut benar-benar berada dalam koridor siklus keilmuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar